Selasa, 12 Mei 2009

Sekilas Cerita terselenggaranya wanita bijak di sampit

Oleh : Ibu lidya Ana ( Tim WB Semarang )

Pada mulanya Tuhan mengutus kami suami istri dari semarang (jateng) untuk pindah ke sampit (kal-Teng). Keadaan ekonomi kami saat itu sangat minus sekali.untuk membeli tiket kapal saja kami tidak mampu,sampai akhirnya adik ipar kami membantu kami membelikan tiket kapal.setelah kami disana bulan demi bulan kami lalui,sebelum kami berangkat sempat terlintas dalam benak kami bahwa kota sampit adalah kota yang sepi dan terpencil.tapi setelah kami pindah kesana apa yang kami bayangkan semua tidak benar,bahkan kami jumpa dengan teman-teman yang baik dan rendah hati.

Disana kami berjemaat digereja GSJA ,kedatangan kami disana disambut oleh gembala sidang dengan ramah.pada waktu itu jumlah jemaat disana hanya 7 orang .

Waktu demi waktu kami lalui dengan rasa damai dihati dan tidak disangka kami pun mendapat fasilitas mobil dari perusahaan dimana suami bekerja dan dari mobil yang ada suami punya hati untuk melakukan tugas dengan mengantar jemput jemaat yang sulit dengan sarana transportasi.dan akhirnya dengan tidak disadari rupanya Tuhan turut bekerja,sampai akhirnya jemaat bertumbuh menjadi 200 orang.kami juga lakukan hal yang sama dengan sekolah minggu,kami jemput anak-anak sekolah minggu untuk bisa datang kegereja setiap minggu sore.
Melihat pertumbuhan dari kehidupan kami akhirnya gembala sidang mempercayakan kami untuk ambil bagian di gereja untuk menjadi aktivis gereja dengan dipercayakan untuk memegang bendahara gereja.
Rupanya Tuhan punya rencana atas kehidupan keluarga kami,dan Tuhan memberkati keluarga kami. Ketika kami dengar ada camp Wanita Bijak angkatan ke-3 di Semarang kami langsung antusias mendaftar dan kami mengajak 3 orang teman kami untuk ikut termasuk ibu gembala kami. Kami sangat diberkati dengan camp Wanita Bijak di Semarang dan kami setelah selesai harus pulang ke Sampit walaupun penuh tantangan karena selama perjalanan kami ternyata di Pulau Kalimantan waktu itu penuh dengan asap dan itu sangat mengganggu system penerbangan. Tapi kami tidak berkecil hati dan terus mengandalkan Tuhan sampai tiba di Kota Sampit dengan selamat.
Kami tinggal di Sampit selama 4 tahun sampai akhirnya Tuhan berkata “Sudah cukup waktumu.” Sekarang tiba saatnya kami harus kembali ke Semarang,walaupun dengan perasaan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang sebetulnya berat untuk kami pindah. Bapak ibu gembalapun merasa kehilangan ketika kami harus pindah. Tapi kami hanya mau taat dengan apa kata Tuhan.
Setelah kami sampai di Semarang kami berjemaat di gereja kami yang lama JKI Injil Kerajaan,dalam waktu-waktu yang ada saya pun ikut dalam pelayanan Wanita Bijak sampai sekarang. Pada waktu camp Wanita Bijak angkatan ke-6 saya mengajak teman-teman dari Sampit 11 orang untuk mendaftar dan mereka merasa diberkati.

Ada kerinduan di hati kami untuk camp Wanita Bijak bisa diadakan di Sampit (Kalteng) dan akhirnya terlaksanalah camp Wanita Bijak ke-1 di Kota Sampit tanggal 30 April – 2 Mei 2009.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Luar biasa....sering kali kita tidak mengerti akan rencana TUHAN dalam hidup kita. Saya lihat bagaimana TUHAN bekerja melalui hidup keluarga ibu Lydia untuk memenangkan Kalimantan. Sungguh sangat berharga dimata TUHAN akan setiap jiwa2, bahkan setiap suku, yang mungkin seringkali kali lupakan.
Terus maju bagi kemuliaan TUHAN.
GBU.
nb: apa yang di tabur dengan airmata, akan dituai dengan sorak sorai....