Selasa, 12 Mei 2009

Camp Wanita Bijak I - Sampit - Kalimantan Tengah

Oleh : Ibu Lidya Ana


Sampit, 29 April 2009


Sampit adalah kota yang terletak di selatan barat laut propinsi Kalimantan Tengah yang menjadi tujuan perjalanan tim ”Wanita Bijak” Indonesia kali ini.

Camp Wanita Bijak segera dilaksanakan di kota dimana pada awal tahun 2001 yang lalu menghebohkan dunia karena tragedi pembantaian antar suku yang terjadi.

Perjalanan kami cukup menyenangkan dan tanpa kami sadari ribuan malaikat sedang bekerja keras mengantar pesawat yang mengantar kami tim Semarang dan Jakarta yang semuanya 26 orang tiba di tujuan yaitu Kota Sampit dengan selamat.

Perjalanan kami ditempuh dengan 2 kali penerbangan dari Semarang ke Jakarta lalu dilanjutkan dari Jakarta ke Sampit,kota yang terletak di jantung Borneo.

Kami bersama-sama menempuh perjalanan kami dengan penuh sukacita,walau seharian penuh dari pagi sampai sore hari kami baru tiba,dan ketika kami sampai di Bandar Udara “H.Asan” Sampit kami rombongan dijemput oleh panitia Sampit dengan menggunakan 3 mobil,dan kami langsung menuju ke penginapan yang sudah disediakan oleh panitia Sampit.

Kami langsung masuk ke kamar mandi,adalah hal yang melegakan,sekalipun air berwarna agak kecoklatan dan kami tidak peduli karena kami berharap siraman air cukup menyejukkan dan menggantikan kelelahan kami hari ini.

Camp 30 April – 2 Mei 2009

“Selamat pagi” itu sapaan rekan seperjalanan kami,tetapi lebih terdengar seperti sebuah pesan “siap – siap” karena kami akan segera menuju ke aula di mana camp itu akan diadakan.

Dan karena aula itu asal mulanya adalah tempat makan yang biasa dipakai oleh pihak hotel,maka kami seluruh tim bersama-sama dengan cepat menyusun kursi dan mengatur LCD dan sound system.

Mengingat acara segera dimulai,penuh dengan kekompakan dan kerja sama dengan penuh semangat itulah ciri wanita yang diubahkan. Gairah ini mengalir di hati para peserta yang mulai berdatangan dari Sampit dan berbagai daerah di Kalimantan Tengah,bahkan ada yang dari Muarateweh. Sekalipun harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan yaitu 18 jam dari Kota Sampit.

Sebelum pra camp dimulai,sudah banyak peserta yang antusias dan menunggu di luar untuk segera bisa masuk walaupun dengan udara yang cukup panas.

Sesi demi sesi berlangsung,hamper 100% peserta meresponi setiap tantangan pemulihan terjadi,persis seperti apa yang terlihat di semua Camp Wanita Bijak,Camp Wanita Bijak di Sampit ada istimewanya,melalui Allah,iblis tidak tinggal diam ada waktu-waktu dimana gangguan itu mulai terasa dan pada waktu sesi “3 Dosa Hawa” disampaikan oleh hamba-Nya Ibu Melia Titolia listrik sempat padam,tapi pembicara tetap maju pantang mundur dalam hadirat Tuhan dan sesi tetap dilanjutkan dan para pesertapun antusias sepanjang hari sesi berjalan. Tiba-tiba oleh keajaiban Tuhan akhirnya listrik bisa nyala seperti semula,dan peserta banyak yang dipulihkan.

Tidak berhenti sampai di situ menjelang malam tiba beberapa fasilitator,panitia dan pembicarapun mendapat serangan-serangan yang benar-benar harus diperangi dan sebelum selesai kami seluruh tim sepakat bersama-sama berdoa untuk memerangi penguasa-penguasa di udara yang seolah-olah akan menggagalkan jalannya camp “perdana” di Sampit.

Sampai akhirnya dalam beberapa hari kami melihat demonstrasi yang sangat spektakuler untuk ukuran Sampit. Hal-hal yang tersembunyi diungkapkan dengan jelas dan disaksikan untuk mempermalukan iblis.

Ada rekonsiliasi dalam tindakan dan roh ketika ada salah satu peserta yang bersaksi dimana sebelum ikut wanita bijak,rumah tangganya penuh dengan percekcokan dan saling menuntut,tapi setelah ikut camp ini dia merasa dibukakan hati dan pikirannya dimana sebelumnya hubungan dengan suami tidak harmonis dan sangat dingin dan itu terjadi selama 17 tahun (itu waktu yang tidak sedikit),dan sepulang dari camp ini dia berkomitmen akan minta maaf kepada suami dan anak-anaknya dengan tidak menuntut perubahan orang lain tetapi harus dari diri sendiri terlebih dahulu.

Letih memang,hal tersebut nampak di wajah panitia,pembicara,fasilitator dan peserta,namun setiap orang tetap larut dalam kegembiraan hungga sesi terakhir.

Setiap sudut Hotel “Piqmy Raya”pun merasakan gairah tersebut.

Tibalah saatnya ikatan baru,dimana para suami mulai berdatangan. Walaupun harus pindah aula,tim panitia tetap bersemangat bekerja keras sampai ruangan siap dan layak digunakan,karena ternyata ruangan tersebut adalah ruang yang biasanya dipakai sebagai bar dan diskotik setiap malam oleh pihak hotel. Mengingat kuasa-kuasa yang menyertai kami,maka kami tim panitia harus selalu waspada dan berjaga-jaga,mereka tetap antusias walaupun ruangan di sana cukup panas.

Ada rasa haru,mereka saling meminta ampun dan saling mengampuni. Suami istri saling berpelukan dan semua sempat meneteskan air mata. Rekonsiliasi dimulai di alam roh dan kekuatan-Nya akan menembus alam nyata. Akan terjadi pemulihan mulai dari Kota Sampit dan akan menjalar ke pelosok Kalimantan bahkan sampai ke pelosok Indonesia.

Mengingat pertemuan yang singkat dan untuk kebanyakan mereka sulit mengulangnya karena jarak dan keterbatasan lainnya. Namun semua itu harus diakhiri dan kamipun berpisah dengan peserta.

Nilai yang diubahkan harus dibuktikan sampai terjadi perubahan yang terlihat dan terukur dalam tindakan di tengah keluarga khususnya dan lingkungan sekitar pada umumnya.

Suasana hotel mulai sepi dan para peserta sudah meninggalkan hotel,masing-masing sudah rindu ingin berkumpul kembali bersama keluarga.

Kami panitia tim dari Semarang dan Jakarta harus tinggal satu hari lagi karena jadwal penerbangan tidak ada di hari tersebut. Di sisa waktu yang ada kami rombongan menyempatkan untuk bisa naik kelotok (perahu kecil) menyusuri Sungai Mentaya yang begitu lebar. Dengan penuh tawa canda dan sukacita serta oleh karena kasih karunia Tuhan setiap kami bisa menjadi satu tim yang solid walaupun masing-masing kami berasal dari gereja yang berbeda-beda. Ada beberapa makanan khas Kalimantan yang menurut kami sangat unik dan menarik yaitu ikan patin yang lezat,nanas ukuran jumbo,kerupuk ikan pipih,dan amplang pipih yang renyah.

Esok harinya kami berkemas-kemas dan tiba saatnya kami harus berpisah.

Sekilas Cerita terselenggaranya wanita bijak di sampit

Oleh : Ibu lidya Ana ( Tim WB Semarang )

Pada mulanya Tuhan mengutus kami suami istri dari semarang (jateng) untuk pindah ke sampit (kal-Teng). Keadaan ekonomi kami saat itu sangat minus sekali.untuk membeli tiket kapal saja kami tidak mampu,sampai akhirnya adik ipar kami membantu kami membelikan tiket kapal.setelah kami disana bulan demi bulan kami lalui,sebelum kami berangkat sempat terlintas dalam benak kami bahwa kota sampit adalah kota yang sepi dan terpencil.tapi setelah kami pindah kesana apa yang kami bayangkan semua tidak benar,bahkan kami jumpa dengan teman-teman yang baik dan rendah hati.

Disana kami berjemaat digereja GSJA ,kedatangan kami disana disambut oleh gembala sidang dengan ramah.pada waktu itu jumlah jemaat disana hanya 7 orang .

Waktu demi waktu kami lalui dengan rasa damai dihati dan tidak disangka kami pun mendapat fasilitas mobil dari perusahaan dimana suami bekerja dan dari mobil yang ada suami punya hati untuk melakukan tugas dengan mengantar jemput jemaat yang sulit dengan sarana transportasi.dan akhirnya dengan tidak disadari rupanya Tuhan turut bekerja,sampai akhirnya jemaat bertumbuh menjadi 200 orang.kami juga lakukan hal yang sama dengan sekolah minggu,kami jemput anak-anak sekolah minggu untuk bisa datang kegereja setiap minggu sore.
Melihat pertumbuhan dari kehidupan kami akhirnya gembala sidang mempercayakan kami untuk ambil bagian di gereja untuk menjadi aktivis gereja dengan dipercayakan untuk memegang bendahara gereja.
Rupanya Tuhan punya rencana atas kehidupan keluarga kami,dan Tuhan memberkati keluarga kami. Ketika kami dengar ada camp Wanita Bijak angkatan ke-3 di Semarang kami langsung antusias mendaftar dan kami mengajak 3 orang teman kami untuk ikut termasuk ibu gembala kami. Kami sangat diberkati dengan camp Wanita Bijak di Semarang dan kami setelah selesai harus pulang ke Sampit walaupun penuh tantangan karena selama perjalanan kami ternyata di Pulau Kalimantan waktu itu penuh dengan asap dan itu sangat mengganggu system penerbangan. Tapi kami tidak berkecil hati dan terus mengandalkan Tuhan sampai tiba di Kota Sampit dengan selamat.
Kami tinggal di Sampit selama 4 tahun sampai akhirnya Tuhan berkata “Sudah cukup waktumu.” Sekarang tiba saatnya kami harus kembali ke Semarang,walaupun dengan perasaan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman yang sebetulnya berat untuk kami pindah. Bapak ibu gembalapun merasa kehilangan ketika kami harus pindah. Tapi kami hanya mau taat dengan apa kata Tuhan.
Setelah kami sampai di Semarang kami berjemaat di gereja kami yang lama JKI Injil Kerajaan,dalam waktu-waktu yang ada saya pun ikut dalam pelayanan Wanita Bijak sampai sekarang. Pada waktu camp Wanita Bijak angkatan ke-6 saya mengajak teman-teman dari Sampit 11 orang untuk mendaftar dan mereka merasa diberkati.

Ada kerinduan di hati kami untuk camp Wanita Bijak bisa diadakan di Sampit (Kalteng) dan akhirnya terlaksanalah camp Wanita Bijak ke-1 di Kota Sampit tanggal 30 April – 2 Mei 2009.